Antara Purwokerto dan Kediri dalam sebuah kereta, sebuah lagu "D Minor" mengalun dari seorang pengamen yang suaranya tak kalah merdu dari suara Ariel Peterpan.
Kemudian datang pengamen yang tak kalah atraktif. seorang.........."bencong". mataku yang tadinya ngantuk dan tubuhku yang tadinya terserang penatpun tiba2 ikut merasakan sensasi kehadiran sang "minor" tadi.
Hampir semua penumpang tergelak, ia menyanyi dan menggunakan kostum yang memang disengaja norak. Aku yakin dia cukup senang dengan respon penumapang. Terhibur sekaligus mengakui aktualisasi minornya.
Bagaimanapun disaat semua hal terdistingsi dalam oposisi binner, ia memilh beraktualisasi secara minor sesuai dengan "kodrat"nya. Dan
Kadangkala pengakuan lebih berharga dari sekedar pujian, sekalipun ia mengandung unsur hinaan, cacian, celaan.
aku jadi teringan Annelis-nya Pramudya Ananta Toer. Ia dengan segala kualitas yang mampu membikin berdecak kagum orang yang melihatnya, tak diakui "kewargaannya" di Bumu Manusia.