Sabtu, 24 Januari 2009

Jiwa Yang Merindu

Freud pun ketawa dalam kuburnya. Manusia makin suka menyanggah keberadaan naluri konstan yang cenderung menghasilkan laku ataupun sikap kurang ajar kita. Alih-alih mengakui adanya naluri itu untuk rujukan melangkah menuju ego kreatif kita membarui diri. Kebanyakan dari kita justeru mengendapkannya dalam pikiran yang kemudian dimunculkan dalam perilaku bawah sadar yang tak sehat.
Sehingga kau tak pernah merindukan jiwamu yang berlalu...

Arsip Blog

Cari Blog Ini