Pohon mangga di sebelah jendela kamarku akhirnya ditebang juga. Dengan pertimbangan terlalu lebat dan bikin kotor karena daun-daun dan ulat beserta laba2 yang suka membuat sarang jejaringnya yang menahan debu terus berkumpul. Belum lagi semut2nya yang merambat tembok. Baiknya, sinar matahari secara langsung masuk ke kamar pengap saya tanpa aral. Tetapi, kenangan ber-menung bersama pohon itu tak mudah di ikhlaskan. Pohon yang menemaniku "bermimpi" sejak kecil itu biasanya menebarkan eksotisme sore hari selepas hujan. Kilau daun yang berair memantulkan cahaya matahari.
Ah, perasaan kehilangan (ini) cuma hasil dramatisir. Tetapi buankah dalam setiap drama ada perasaan yang layak untuk kita nikmati?