Kosong
Saat kita benar-benar tak mampu mendefinisikan keresahan macam apa yang sedang kita idap ataupun benyebab keresahan itu sendiri. Aku sempat berpikir inilah sebuah situasi yang sering kali dialami manusia pada umumnya yang kadangkala pada kondisi akut berujung pada pelarian, perselingkuhan dan bunuh diri.
Perasaan kosong, hampa, bukan bahagia bukan suka bukan pula duka. Bahkan sebuah yang muncul adalah pertanyaan yang entah harus dimulai darimana…..pertanyaan abadi. Seringkali aku berfikir inilah titik pemberhentian /termin(al) manusia. Mereka yang berhasil melaluinya akan menemukan titik2 cerah untuk dibawa pada rute perjalanan berikutnya. Mereka yang bisa keluarpun setidaknya bisa kembali meneruskan perjalanan yang barangkali masih dengan rute yang sama. Individu yang mampu meraih rute baru tiap termin keresahan ini adalah orang-orang yang sering kita sebut sebagai orang “ besar”. Orang2 yang memiliki orisinalitas (geniue). Orang2 yang memiliki integralitas diri . Ia mampu mengubah kekosongan itu untuk diisi sebanyak mungkin “lubang hati”(meminjam istilah grup band Letto dalam judul lagu yang sama ) yang menganga.
Kita merasa seolah-olah tak ada yang mengerti kita, tak ada yang bisa kita ajak berbagi, tak ada yang bisa “mendengarkan” kita selain kita sendiri. Dan kita berat untuk menerima kenyataan bahwa semua urusan “itu” adalah beban yang harus kita pikul sendiri. Sesuatu yang harus kita hadapi.
Tanpa sengaja aku teringat ucapan Biksu Tong dalam cerita Kera Sakti yang terkenal itu. “ Kosong adalah isi, isi adalah kosong”
Ketika kita merasa kosong, ketika itulah saat menit2 hidup kita menuntut untuk memburu arti. Memburu makna. Mengisikannya ke dalam ‘hidup’ kita.