Minggu, 26 September 2010

Di Suatu Minggu...

Aku pernah menikmati pagi dengan perdebatan yang menurutku menyenangkan. Dipagi buta, setelah kami menuntaskan isi cangkir kami masing2, kami membuka jendela, memutar musik. Kalau aku agak cenderung yang berbau jazz, flemanco, atau balada. Kamar sebelahku lebih suka memutar, Miriam Frames, atau sholawatan, atau lagu yang mendayu-dayu, bahkan dangdutan. Kami saingan urusan udara, saling menjajah. Sementara adikku yang masih kelas lima es de, malah meliuk-liuk mengikuti musik Bob Marley dengan rambutnya yang masih awut-awutan.
Tentu saja, ibuku, sang wasit itu, segera mengeluarkan keberatan atas tingkah anak-anaknya.

Tak ada musik, kembali ke bacaan dan komik!

Tetapi aku yang tidak tenangan ini membaca keras-keras agar isi bacaanku menyusup ke dalam pikiran. Ketika pada kalimat tertentu adikku merasa punya angin untuk mendebatku, langsung “bernyanyi” dengan nyaring. Tak puas, dia masuk ke kamarku dan memberondongku dengan serangkaian armgunent. Kamar sempit, masih juga dia ambil aksi. Duduk di meja sementara aku duduk ngelemprak di lantai. Dan bla bla bla. Nada tinggipun mulai dimainkan. Ribut episode kedua akhirnya tercium telinga orangtua. Sebagai penengah, Ibuku memakai jurus feodal. Nyuruh bikinin minum! Karena adikku lebih sigap, Ia yang keluar dan telunjukku mengacung! Aku, tunggu, aku tunggu!

Berikutnya adikku tak muncul juga. Tentu saja dia sedang menghadapi “serangan” bertubi-tubi dari Wasit rumah. Agar kami tak saling dekat dan rebut lagi.

Menyadari ini, aku simpan kekeh-ku untuk diri sendiri.

Ibuku,pasti repot punya anak yang nakal dan suka ribut..

Arsip Blog

Cari Blog Ini