Sepenuhnya benar jika ada anjuran kalau kita baiknya menjaga hati, pikiran atau ucapan. Beberapa hari setelah lebaran, saya sesumbar dengan nada setengah kelekar bahwa saya berniat jual dan nggak megang hape. Lalu dengan (masih) setengah hati saya tawarkan ke teman. Si teman bertanya mengapa saya hendak menjual hape. Saya bilang, pingin beli kamera. Biar kemana-mana kalau motret nggak pake hape. Dan tampaknya akan sangat asik.
Lagipula pemandangan orang memegang hape dan memijit-mijit keypad sudah uzur. Gaya hidup yang bikin jiwa bangkrut. Ditambah hape sudah saya masukan ke daftar hitam dan layak untuk dikambinghitamkan karena terlalu banyak mencuri waktu. Entah sekedar iseng atau memang dibikin perlu.
Padahal semua tergantung pemakainya. ( dan kalimat ini sepertinya sangat layak bagi orang yang bijak, bukan saya)
Nyatanya, beberapa hari kemudian saya belum juga bermaksud jual hape, barang sudah raib digondol orang. Teledor, tentu saja. Pertama menyadarinya, lutut lunglai juga. Ternyata mentalku masih segini. Aku menenangkan diri. Cuma hape kok. Kamu masih waras. Kamu toh kehilangan barang yang sering kamu kutuk. Tuhan mendengar. Lalu saya menyusupkan mantera dari film 3 Idiots : all is well, all is well! Nggak sembuh juga.
Mungkin sudah saatnya, kembali ke kotak tua yang nyaman tanpa banyak kegelisahan…., tanpa fitur macam-macam. Mengajari bersabar dan kehilangan dan kesementaraan yang singkat. Kehilangan hape mungkin juga berarti keruahan waktu untuk lebih dimanfaatkan…
Semoga ( dan semogakupun semoga tanpa pura-pura).
Amin.