Kamis, 28 Oktober 2010

“Tadi ane mampir ke Anser (nama blog ini sebelumnya). Wah, udah jadi Rumput
Tebing, ya?,” komentar salah satu teman blogger.

“Merdu mana?” tanyaku.

“Bukan merdu, tapi seram.”

Wah seram ya?, batin saya.

Frase runput tebing saya temukan ketika saya membebek orangtua bepergian dua bulan yang silam. Ketika melewati jembatan yang melintang di atas sungai dan melihat ada rumput-rumput yang tumbuh di tebing pinggir kali itu. Maka sejak saat itu kepala saya selalu berceletuk “ Rumput tebing, rumput tebing, rumput tebing!”. Dari pada saya jadi rada gila menghadapi dua kata ini, mending saya jadikan frasa itu sebagai judul blog.

Nah tagline-nya pun saya ganti dari “memungut pijar di sudut bumi” menjadi seperti diatas itu. Karena nyatanya saya tidak memungut pijar. Yang sering saya pungut malah sebuah remang-remang dan keluhan-keluhan nakal, kurang ajar, manja dan bukan hal yang luar biasa. Bagus saja nggak saya tempati levelnya. Kalau sepercik racau itu, kan bisa dipertanggungjawabkan. Hehehe!

Jadilah nama Rumput Tebing yang ningkring!

Mari merumput…(kalau perlu) di tebing.

Arsip Blog

Cari Blog Ini