Kamis, 28 Oktober 2010

Tan, Aku Datang Kepada-mu!


Status terakhirku di facebook, 24 oktober. Ketika aku merasa malu itu. Ketika aku merasa tak berdaya mengeja manifestasi peredaran suatu benda yang pada akhirnya kita kenal sebagai waktu itu. Ditambah seolah ada suara-suara dari sebrang sana. "Teriakkan" Ali Shariati yang termaktub dalam buku Hajj halaman 23 alinea pertama menelanjangiku.

“Kehidupan zaman sekarang bukanlah kehidupan yang dijalani sebagaimana mestinya, tapi merupakan sebuah aksi siklis yang kosong, suatu gerakan tanpa tujuan. Aksi pendular yang tak bermakna ini dimulai dengan siang yang hanya untuk diakhiri dengan pagi. Zaman sekarang manusia terlena dengan permainan “tikus-tikus” hitam dan putih yang menggerogoti temali kehidupan sampai ajal tiba”



Lalu kenapa nama Tan Malaka yang aku teriakkan? Tan adalah nama acak yang tiba-tiba muncul dari sekian peribadi mutawahid yang saya kagumi. Selain itu juga, kenapa saya merasa hendak "mendatangi" dan ingin "menemui" Tan? Karena saya hendak mengkhatamkan Madilog yang sudah lama saya kantongi tetapi beluk selesai-selesai juga karena membacanya lewat komputer saja, tidak dalam bentuk print out (pelit banget ya, aku? hehe).

Setelah saya menolak membeli di toko buku yang membandrol buku tersebut kurang dari duaratus ribu perak, juga menolak harga tujuh puluh ribu rupiah yang ditawarkan ketika ada bazar buku. Eh, malah dapet download gratis tapi sudah lupa tempat download itu di mana( sudah dapat gratis tapi tak tahu terima kasih neh orang!). Lagi pula Tan tentunya akan sangat bersukarela tulisannya dibaca banyak orang tanpa pernah dapat royalti. Tan sediri menulis buku (Madilog) tidak dalam rangka jualan. Tetapi hendak menyebarkan pemikiran serta menyadarkan semangat juang dan bangkit dari jiwa sakit dan penjajahan ( Dasar pledoi gratisanholik!).

Tan adalah sosok yang “menolak” keberadaannya sendiri demi kelangsungan keberadaan itu sendiri. Hidup dalam penyamaran, pelarian, keterasingan dan sendirian. ( Nah, sampai di sini, kalau saya tidak salah, Shariati juga pernah menggumankan sebuah kalimat epik-romantik yang bunyinya kira-kira " manusia dilahirkan sendirian, (menjalani) hidup juga sendiri, dan mati pun sendirian.")

Tentu saja aku bukan orang sekaliber Tan (atau Shari'ati). Mendekati dan berada di posisi yang hampir sama pun tidak. Malahan aku merasa lancang karena meneriakkan nama dia tanpa banyak tahu pemikiran dan karya dia. Mungkin kalau aku mengaku bahwa aku mengidolakannya juga aku harus malu. Tidak tahu banyak tentang dia kok berani ngaku kalau dia aku idolakan. Mungkin Tan sendiri akan mesem-mesem kalau tahu aku kagum tetapi tak tahu apapun tentang dia. Kekaguman tanpa apresiasi bukankah akan jatuh pada pengidolaan yang berlebihan dan menghasilkan histeria kosong. Tetapi aku tak pungkiri dan berani bilang kalau aku mengaguminya.

Apa hubungannya dengan facebook?.

Begini ceritanya.

Tiap kali saya ingin berselancar dan bermain-main di dunia antah berantah ini, saya malah sering nyasar ke aplikasi bikinan Mark Zuckerberg ini. Tak sadar tercenung di sana berjam-jam. Walau saya tak upload gambar, kasih tautan, rajin berkomentar, dan betapa jarang menulis status. Tetap saja saya asik melihat status-status, catatan-catatan, foto-foto milik teman-teman facebook saya.

Maka sudah dua hari silam saya putuskan menutup akun facebook saya.
Dan sebagain dari teman-teman saya pun bertanya, kenapa harus tutup akun? Itu sama saja memutus komunikasi dengan teman-teman. Saya tak bermaksud begitu, jawab saya.


Saya akui berat juga, apalagi bagi yang kadang mengira hilangnya satu nama dari daftar list adalah bentuk penghapusan daftar teman atau pemblokiran pengguna.
Maafkan, karena aku bukan orang bijak yang bisa memanfaatkan sesuatu secara seimbang dan bukan pula penonton yang jeli. Aku hanya manusia yang belum bisa mengendalikan diri.
Sekali lagi aku ucapkan selamat tinggal pada jejaring sosial itu.
Entah untuk berapa lama lagi.
Pada kalian yang pandai dan pintar membagi waktu dan memanfaatkankan facebook dengan baik, saya ucapkan selamat.



Aku belum bisa. Belum.

Arsip Blog

Cari Blog Ini