Sabtu, 13 November 2010

Matilah!

Matilah!



Ku tadah empu
Asbak, cinta dan darah
Empu, aku heran menyala di dada
Empu, aku tergodam palu tepat di palungku
Aku siksa batin
Sekejap nista rutin
Singgah dalam puntung rokok
Entah
Waktu
Meraja
Degup
Oh, bulan
Di gundukkan tanah
Aku bunuh diriku
Kelam keram
Binasa tak bermakna

Dendam membara dalam sekam

Bangkitkan aku, waktu
Derukan derap langkah pemburu
Terabas jahanam menggilas manja-manja jendela
Sapu gincu malu-malu
Hajar bedak pura-pura menegak

Sialan! Aku oleng
Sayup bunyi setan merayu
Dalam rentang lama aku tak ada di sana

Di mana hantuku?
Ah, merah masih menyala
Tersisa di bagian keranda

Tidak!
Jangan ucap aku
Jangan sebut daku
Tiarap!

Sunyi hendak menembak
Laknat!
Aku bilang jangan khianat
Ini negeri, ini berdaulat

Kau bukankah kau telah tiada?


Aku telah tidak ada
Kini kembali pada sewujud
Apa pantas disebut-sebut hidup
Dan …
Manusia?


Atau zombie merangkak
Kembali berbiak
Di ubun-ubun ketus kalimat
Menanak dan masak

Lalu abu

Gosong dimakan jam-jam

Tetapi, simak!
Gelegat makhluk tak tahu diri ini
Masih menggeliatkan pagi
Dan memutar weker
Membunyikan nyanyian cekam
Dalam kamar sempit
Saling berhimpit
Hidup mati sengit membelit



Oktober dua kosong satu kosong

Arsip Blog

Cari Blog Ini