
gambar diambil dari recycledreadsaustin.wordpress.com
Bertemu dengan orang asing yang sebaya, yang mampu membuai dan mencumbu hati, meriangkan hidup, menambah warna, walau hanya sebentar, adalah kenikmatan dan kebahagiaan hidup yang menjadi impian kolektif kita sebagai manusia sosial. Tetapi apa jadinya saat orgasme persahabatan itu direnggut maut?
Don’t Look Back!
Hidup harus tetap berjalan. Sekalipun dalam hidup Jeanne, seorang penulis biografi sukses namun diujung kegagalan ketika ia menulis sebuah autobiografi, terasa berubah dengan ditolaknya tulisan “kenangan” masa kecilnya. Terlalu detil dan dingin, kilah sang editor, apalagi pada bagian masa kanaknya.
Sejak saat itu Jeanne (mungkin berasal dari ketidakterimaan terhadap fakta bahwa tulisannya tidak diterbitkan) dihantui kenangan singkat sebelum kecelakaan yang pernah menimpanya. Jeanne melihat "wajah" lain dari dirinya.
Suami dan dua anaknya seperti tak ia kenal. Bahkan wajahnya sendiri sering berubah dan asing. Jeanne bahkan mengalami amnesia terputus-putus dan singkat. Tak tahu jalan dan letak perabotan rumah. Kacau!
Ketakutan yang menyerang membuat ia lari ke ibunya. Tetapi ia mendapati bahwa ibunya selama ini tak mencintainya. Ibunya, wanita Prancis yang gemar berjudi pun seperti tidak memperlakukan dia sebagaimana perlakuan ibu terhadap anak, setidaknya dalam urusan ketulusan curahan kasih sayang. Jeanne pun "protes". Sebuah foto dirinya di masa kecil, ibunya dan seorang wanita asing, orang Itali,
memberikan petunjuk untuk melacak asal kekacauan ingatannya.
Dan kenapa wanita Itali itu lebih mirip dengan dirinya?
Jeanne terus mencari. Sampai ke Roma. Bertemu dengan wanita dalam foto masa lalu itu dan…Jeanne seperti mengenal semuanya…Sebelumnya.
Sampai ia bisa mengenali semua kekacauan dan mendapati kenyataan bahwa ia sejatinya adalah Maria Rosa yang bertukar posisi dengan Jeanne sejak kecelakaan mobil yang mereka tumpangi bersama serta mencelakakan sahabat Perancisnya itu.
Maria Rosa, yang telah direlakan “kematiannya”, “hidup” lagi. Tetapi ia kini tak sendirian. Sekalipun kesadarannya mengerti benar bahwa ia adalah Maria Rosa, tetapi ia juga dengan suka rela “ditumpangi” sosok Jeanne yang selama ini dihidupkannya.
Ditandai dengan adegan pamungkas yang manis: Dua wanita saling bahu membahu menulis sebuah naskah (autobiografi?) saling memandang dan tersenyum dan terus mengetik. “Jeanne” dan Maria Rosa menulis bersama.