Sabtu, 26 Maret 2011

Lihat! Seseorang dengan mudah menghadapkan seluruh lorong-lorong rancangannya dan memaksa aku untuk melawatinya. Lihat, betapa aku membenci kesopanan yang memuakkan ini. Lihat, bagaimana aku tak bisa merindukan satu dusta saja. Karena kejujuranmu yang amat menjijikan itu mengelilingiku. Kau ingin melucutiku dengan moralitas busuk itu? Lakukan saja! Sekali jantung kehidupan menggelepar, aku berdaulat.
Lakukan permainan sopan santun yang terasa janggal dan kamu agungkan itu, ayo! Temukan aku dengan cara-cara palsu dan lemah lembut kebaanggaanmu itu! Tapi jangan potong jalanku hanya karena kau ingin tontonan tragis yang bisa menyangga dan menjulangkan kemegahan rasa saling pengertian yang dibuat-buat. Di sana kepentinganmu seolah lebur, dan kau mengutuk motifku hanya karena ia tak mampir dalam kesadara kolektif. Kemuliaan apa yang begitu bangga setelah membekap rasa yang sederhana atas pilihannya.

Sedangkan kau yang memiliki kunci sorga atas nama moralitas, menjadi pahlawan citra hanya karena kau berhasil menampilkan alasanku sebagai kebusukan dan perayaanmu terhadap ini semua demi kestabilan bersama.

Ku katakana padamu, kebersamaan yang tamak adalah kau mengumpulkan dan mendamaikan banyak orang dengan menghabiskan darah kehidupan satu makhluk lainnya dengan paksa.
Rayakan, kau mengangkat cawan dalam pesta moralis itu dan kau tundukkan kedirianku dalam sebuah asas palsu altruisme.

Sadarlah, bahwa kau menjadi pemenang hanya karena berenang di tepian di mana banyak manusia menyematkan kesan dan kerendahdirian yang telah disengat ketakutan!

Arsip Blog

Cari Blog Ini