Tuhan, mengapa aku merasa Engkau semakin Lain?
Bahkan di saat begitu banyak orang memiliki degup menyambut sebuah bulan penuh cinta. Bahagiaku tak mampu berdenyut barang sesaat. Hanya detak datar yang tak berdenyar seperti biasa-biasanya?
Aku akui, menyambut tandaMu tak harus gempita, tapi jika menonton dan menyambut sajian dan bikinan manusia saja makhluk macam aku ekstasa, kenapa kepadaMu aku tak lagi menderu, walau hanya memberi jejak kata barang satu dua?
Bahkan menyambutMu dengan sungging senyum tak lagi merona, kecuali harus pura-pura. Dan berjingkak mengingat Kau dengan sorakpun, sudah amat tercekat. Aku hanya berdegup tak rapi, saat aku mengingat kepadamu aku sudah tak mudah membuncahkan bara di dada ini.
Aku tak tahu harus berdoa bagaimana. Aku tak tahu lagi bagaimana berdoa yang merangsang birahi hidup yang menari seperti kuas di atas takdir kanvas.
Tuhan…maaf dan tolonglah ini perasaan.