Kamis, 07 Oktober 2010

En El Nombre De Alla……

Pagi ini kawan, aku tak tahu dimulai dari mana.Kau tahu, kawan, tadi malam aku mendengkur tak terkira.Menampik sapaan gulita dan sahabat malam.Engkau mungkin bertanya kenapa, soremu mungkin bersenja. Hanya semburat sapa, aku hamburkan waktu dengan bicara.

Tak ada mimpi jadi dahan bagi ranting pagi. Maka saat aku bangun, cuma nelangsa dan suwung. Tak lagi tertaut, yang asing tetap pada tempatnya.

Aku pikir aku bisa menerima semua. Tetapi hati mana mudah dipencet macam tombol. Terkadang aku amat tamak. Rindu awak pada waktu-waktu terbahak dan tersedak. Bukan macam pesta. Hanya jamuan minum dan gelas berserak. Mendendangkan kidung purba yang pernah dimainkan poyang. Kau jangan tuduh aku kecanduan masa lalu, ya. Aku Cuma mau berbaik hati pada diri, yang sengaja menepi atau tersisih seperti buih-buih kopi. Ke tepi, lalu tak muncul lagi ketika tegukan pertama baru dimulai. Sebelum pesta menunaikan babak pertama. Aku selalu tak tahan melihat diriku di gelas-gelas sunyi itu. atau terlalu dini mabuk, hanya dalam aroma membayang..

Ah, sudahlah. Ada baiknya tak perlu diungkit secuil dekil pagi ini, tetapi apa mau dikata, jika tersimpan akan melapuk dan menebarkan bau busuk. Sementara tak kupunya barang sejengkal lahan kearifan untuk mengatasi suntuk dan mabuk. Mabuk tanpa pesta, alangkah tak patut.

Ini cikal kafir, kufur akan nikmat sehela nafas sehat dan segar.
Aku tak ada rencana untuk meniadakan pujian pada tuhan
Tetapi kali ini aku mau jujur padaNya, bahwa hatiku merapat
Tak mampu gaungkan sukur, maka saat mulut kulantangkan untuk menyebut kemurahanNya yang haq. Aku tahu dengan atau tanpa itu, Dia tetap dalam nama-namaNya.


Kawan, bagaimana kalau aku ngopi dulu? Lihat, Tuhan juga setuju.

Arsip Blog

Cari Blog Ini