Rabu, 28 September 2011

Igauan Kecut

Tiap bangun pagi, apalagi sangat pagi, normalnya semangat hidup menaungi. Tetapi tidak tahu kenapa baru setengah jam saya merasakan semangatnya, tiba-tiba saya merasa sangat gamang dan kecut menyambut pagi.
Beruntunglah seorang teman, setelah satu jam berlalu, tiba-tiba beresemes(menanyakan sedikit persoalannya). Saya merasa jadi sedikit berguna dan kekeutan itu sedikit berkurang. Tetapi edan, dasarnya pertanyaanya lama-lama menggila saya mau tak mau “wajib” browsing.
Dan the shallows yang saya coba hindari tak bisa saya ingkari. Jejaring sosial saya buka dan juga blog tempat narsis dipiara pun saya perlakukan sama. Karena tak ada bahan untuk ditulis, saya coba-coba nulis dengan agak kecewa (lagi-lagi cerita) namun berharap terbit bahagia. He he he.

Status teman tak jauh beda. “kenapa tiba-tiba hidup terasa membosankan?”. Sic! Mau dikata saya merasa senasib dah. Mantera Homer ( raih harimu!) tak lagi mempan, apalagi kalimat advertasi terbaru susu bendera (raih esokmu!), yang tadinya saya pakai buat bikin senyum gila menyinggung di wajah, malah ogah-ogah.


The Shallows

Hm. Jauh sebelum baca buku ini, pikiran saya sudah pernah berkonklusi ; internet memang sangat meruah informasinya. Gagahnya: bikin pintar dah. Tetapi lama-lama kita kehilangan suasana kontemplatif kita. Saya sendiri tiap menghidupkan komputer tergoda untuk online dan menjelajah ke sana-kemari. Akibatnya kalau kita lagi ngerjakan sesuatu yang ‘harus’ pakai komputer, jadi tak usai segera. Browsing sih bermanfaat, tetapi apa mudah menampik godaan untuk mengintip resensi film, mengklik laman berita yang sudah berkali-kali kita dengar (butuh baca komen sentimental full emosionil sih).

Bagi orang yang sama seperti saya (rada picik menilai, gagah berandai, dan gemar mengkhayal), Buku yang ditulis Nicholas Carr ini menjadi "penguat" untuk tidak membuang "cara lama" (dan tetap elegan, ha ha ha), mengobati kerinduan terhadap jaman analog; tenggelam dalam bacaan (buku), fokus pada apa yang dikerjakan dan pada apa yang dipikirkan dan bukannya sesekali diinterupsi oleh notice surel masuk atau pembaruan status teman atau juga bunyi beep karena ada sandek masuk atau nada dering panggilan. (Oh, mesin tik tua, kau kini di mana? Ingin aku pajang di dekat jendela kamar. Mistis kali ya?)

Saya juga, merindukan masa ketika saya tergopoh senang karena pak pos datang membawa surat kilat yang sekalipun pakai layanan kilat, yang sekarang tetap saja disebut surat keong yang isinya berhalaman-halaman.

~Kenangan yang tak pernah lapuk adalah ketika kertas-kertas yang berserakan itu terangkum dalam sebuah kumpulan halaman yang menyatu.


Socrates, sesekali, harus angkat topi kepada muridnya, Platon. Bagaimana cara hutang “keabadian”itu ditebus?

Arsip Blog

Cari Blog Ini