Rabu, 28 September 2011

No Women No Cry

Tulisan ini cuma tafsir iseng-iseng akibat lama melotot di depan PC, dan keingetan Tukul Arwana yang sudah fasih berbahasa Enggres.

Ketimbang menafsirkan lagu yang dilantunkan Bob Marley tersebut sebagai lagu yang di latari dengan sebuah cerita mengenai lelaki yang gara-gara diputus kekasihnya menjadi menangis. Karena itu sampai-sampai membuat diktum; No women, no cry, nggak ada perempuan nggak ada tangisan, saya malah cenderung mengingat lagu ini sebagai sebuah anugerah tentang apa arti sebuah tangisan.

Tangisan adalah indikator paling dasar kelahiran seorang bayi dengan sehat. Bayi, ketika lahir tanpa tangisan, sekalipun bukan mutlak pertandan sehat atau tidaknya seorang bayi, akan dicemaskan oleh dukun beranak ataupun bidan atau dokter dan orang sekitar atau bahkan ibu yang melahirkan sendiri. mereka bakal ditepuk tepuk anggota tubuhnya agar sang bayi mengeluarkan suara tangisan. Maka lahir premis lanjutan; semakin keras tangisan perdana seorang bayi, semakin sehat keadaan fisik sang bayi. Dan itu sudah bisa membuat sang perempuan, aktor yang melahirkan, tersenyum senang bahkan bangga dengan kehadiran anaknya.

Maka; no women no cry, tak ada perempuan, tak ada tangisan “kehidupan”. Tangisan juga sering dijadikan indikator seorang sehat atau tidak secara mental. Orang yang hidupnya tak pernah atau sangat jarang menangis ketika tertimpa masalah berat, akan sangat dipertanyakan keadaan mentalnya. Maka aliha-alih menafsirkan lagu Bob dalam nuansa bias gender, dengan menuding perempuan sebagai biang timbulnya tangisan dalam pemaknaan peyoratif, mending menafsirkan dengan semangat positive, tanpa membumbui dengan unsur pilojenik, misogenik atau nada sumir lainnya.

No women? Possibility, no cries.

Arsip Blog

Cari Blog Ini