Aku tak begitu menyukai pagi dengan bunyi-bunyi, entah suara obrolan yang kencang atau sekedar bunyi nyanyian. Sepagi ini manusia sibuk saling melempar kata, di jalan, di rumah, atau di batas pagar antar tetangga. Bagi mereka hidup dan berinteraksi adalah bersuara. Ngomong. Ngobrol.
Orang tak pernah berlapang dada pada apa yang namanya saling diam, tak banyak cakap, tetapi bukan berarti ngambek atau tak suka dengan manusia lain. Diam, kadangkala sering diterjemahkan sebagai kesombongan dan kejengkelan. Tak terbuka sedikit saja bahwa diam adalah pengendalian minimalis.
Aneh memang. Saya sering melakukan perjalanan dengan adik saya hingga dua jam,dengan minim obrolan. Itu biasa. Tetapi ketika dengan teman-tema atau kerabat mereka akan bertanya : "kok kamu diam saja?". seolah keheningan memang harus dipecahkan dengan percakapan dan obrolan.
Padahal bukan sebuah dosa, atau tak sopan jika kita bersama untuk tak selalu ngobrol dan membiarkan keheningan mengada bersamaan dengan kebersamaan kita. Hening, sepi, sunyi, tak harus disingkirkan sekalipun saat kita membentuk kerumunan.