Minggu, 09 Oktober 2011

Diam 1
Memanfaatkan ke-diam-an sebagai katalisator larut dalam sebuah tindakan atau hanya sebuah pelebaran untuk kembali merasakan ada yang berdenyut dalam tarikan nafas kita setiap waktu.

Diam 2
Tetapi barangkali memang justru manusia merasa begitu terusik jika yang lain terus-terusan diam. Seharian saya berdiam diri di kamar. Banyak sekali manusia yang menggodaku untuk bersuara atau bertanya-tanya hal tak perlu. Sementara saat kita terselenggara untuk senuah obrolan ringan, mereka tak terlalu bernafsu untuk bertanya sesuatu yang memang perlu ditanyakan. Manusia, memang cenderung “mengganggu” yang lain. Manusia cenderung merasa tertantang jika berkomunikasi dengan manusia yang paling mirip atau paling berseberangan.


Diam 3

Mungkin pada akhirnya aku merasa kembali akrab. Setelah terlalu banyak ngomong dan ngobrol serta berserah pada godaan untuk bercakap-cakap dan saling bersuara. Bersuara, pada akhirnya tak harus dengan bahasa lisan. Ia bisa juga dalam bahasa yang paling diam. Namun tak berarti tak terbaca.

Diam 4

Kau bilang selamat pagi tak penting, sarapan pagi lebih penting. Bagiku diam di waktu pagi lebih penting.

Diam 5

Diam itu emas, mungkin berbicara adalah perak atau malah platina. Tetapi bagiku diam adalah sebuah gejala terbaik ketika bersuara hanya menimbulkan keraguan dan kesia-siaan.

Diam 6

Jika ada yang layak disembunyikan, kenapa harus dipamerakan. Mungkin ini karena manusia lebih suka berbicara daripada mendengar. Dan diam, diam-diam adalah senjata paling manjur untuk tak peduli pada penilaian orang. Diam adalah afirmasi pada diri untuk tak meminta perhatian secara berlebihan dari orang lain. Tetapi diam bukan juga penolakan kepada "sang lain".

Diam 7

Diam bukan berarti tak melakukan apa-apa. Diam tak berarti tak memiliki kekuatan. Diam adalah simbol kerja yang paling minim kedahagaan pengakuan. Kerana dengan diam tak ada rongga yang harus menganga dan itu tak menimbulkan kehausan. Dengan diam orang tak perlu konfirmasi atas kehausan dan kelaparan pujian dan pengakuan.

Diam 8

Seperti mencintai dengan diam, tetapi tidak dengan diam-diam, rindu bakal terpelihara tanpa luka, sebab yang sejati selalu memberi ruang pada nafas yang bebas dan bukan tuntutan lekas-lekas atau modal balik. Modal besar, nonkapitalis, tak berasal dari hasil pemerasan.

Diam 9

Kurang ajar! Bisakah kau tak menjajah telingaku!
Imperialisme telinga yang disengaja untuk mengganggu "yang diam" sekalipun menjengkelkan, tak akan merobohkan semangat untuk kembali "menguatkan" diri. Sekali lagi dengan diam.

Arsip Blog

Cari Blog Ini