Sebab ikhlas tak pernah berbekas.
Itulah mengapa ibu-ibu tak meminta anaknya memakai atau meletakkan namanya di belakang nama anak mereka. Itulah mengapa ibu-ibu tak pernah harus merasa cemberut jika sang ayah, yang iuran air man, malah mengklaim anak yang meraka lahirkan sebagai anaknya ketika mendapatkan penghargaan, serta menganak-ibukannya ketika mereka tak mau tunduk pada kemauan dan keinginan sang ayah.
Itulah mengapa kita, tanpa kita sadari, sering ingin membanggakan ayah ketimbang ibu. ibu sudah terlalu bangga menjadi ibu kita. Mencintai ibu hampir tak ada bedanya dengan mengasihi (karena kasihan). Sedang mencintai ayah tak pernah sepi dari sorot kebanggaan.
Hal itu juga yang membuat kita, sering lupa peran orang terdekat (ayah-ibu) dan saudara ketimbang peran orang jauh yang justru selalu mampu diendus ingatan dan kesadaran kita dengan segera. Sementara dukungan dan jasa orang terdekat hanya masuk dalam bawah sadar yang seringkali terlindas arus waktu.
Itulah kenapa juga, Wall’s, sebagai perusahaan yang berhasil menarik pelanggan anak-anak manja dan gila gengsi, mampu menangkap (dan merangkum) fenomena rabun dekat a la anak-anak dalam kalimat advertasi : anak kadang lupa, ibu selalu ingat.
Dan itu juga yang membuat umat manusia disebut sebagai anak adam, entah laki-laki atau perempuan. Karena sudah jelas Hawalah yang melahirkan.