Minggu, 08 Juli 2012

Merah Di Tanah Para Dewa

Biarkan fajar ini berona api
Dia yang nyalang hendak menyambangi birahi tanah
Dia yang akan datang ketika kabut masih berkelimun pekat
Dia yang menang atas kantuk dan cumbu selimut
Dia yang sudah berarak ketika kokok jago belum berlagak

Dia yang memiliki kebahagiaan berdekap keringat
Merdeka dan berdaulat diri penuh di pundak dan kaki
Sejengkal langkah adalah berkah meruah
Hilangkah keluh dan kesah yang tak berkesudah

Tiada cinta yang murah
Tiada mewah yang Cuma-Cuma
Sebab nafas terangkut ke paru juga hasil kerja
Dan dalam benak hanya beronak cara hidup bersahaja
Sudi rasakan pertalian dengan semesta
Sekalipun dunia sering cibir ia yang selalu di pinggir
Tetapi semburat merah itu terkulum bersama senyum
Senyum yang masih ranum sekalipun sudah berusia tidak muda


6-7,’12

Arsip Blog

Cari Blog Ini